TBC di Jember Kasus Tertinggi Kedua di Jawa Timur, Pemkab Gencar Tangani Pasien

Jember – Tingginya jumlah kasus penyakit Tuberkulosis (TBC) di Kabupaten Jember menjadi perhatian. Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) Jember, selama tahun 2024, tercatat 4.419 kasus TBC ditemukan, termasuk 104 kasus TBC resisten obat (RO) dan 439 kasus TBC anak. Angka ini menempatkan Jember sebagai wilayah dengan kasus TBC tertinggi kedua di Jawa Timur.
Hal ini diungkapkan dalam rapat koordinasi yang digelar di kantor Dinkes Jember. Acara ini dihadiri oleh Ketua Komisi D DPRD Jember Sunarsi Khoris, Kepala Dinkes Jember dr. Hendro Soelistijono, dan sejumlah tenaga kesehatan dari puskesmas serta rumah sakit di wilayah setempat.
Ketua Komisi D DPRD Jember, Sunarsi Khoris, menyampaikan keprihatinannya atas tingginya kasus TBC di Jember yang dimana terbanyak kedua dijawa timur
“Membuat kami miris, memprihatinkan sekali. Bahwa kasus TBC di Jember terbanyak kedua di Jawa Timur,” ujar ketua komisi D DPRD
Ia juga menambahkan bahwa pemerintah pusat telah menyiapkan program pengobatan gratis bagi penderita tbc, dan mereka harus mengikuti program itu untuk penyembuhan
“Pemerintah pusat saat ini sudah menyiapkan program pengobatan gratis untuk penderita TBC. Penderita harus mengikuti program ini untuk penyembuhan,” tambahnya.
Kepala Dinas Kesehatan Jember, dr. Hendro Soelistijono, menyoroti tantangan terbesar dalam penanganan TBC resisten obat (RO). Ia menyampaikan bahwa banyak pasien yang berhenti mengonsumsi obat sebelum waktunya karena merasa sudah sembuh. Padahal pasien dinyatakan sembuh setelah dokter memastikan kuman di tubuhnya negatif
“Banyak pasien yang berhenti mengonsumsi obat sebelum waktunya karna sudah merasa sembuh, Padahal pasien itu bisa dinyatakan sembuh setelah memastikan ke dokter apakah kuman dalam ditubuhnya sudah negatif,” jelasnya.
Untuk memastikan pasien mengonsumsi obat secara konsisten, Pemkab Jember membentuk tim pengawas minum obat (PMO) yang terdiri dari kader posyandu hingga keluarga terdekat pasien.
Dokter Spesialis Paru RSD dr. Soebandi Jember, dr. Wahyu Agung Purnomo, juga memberikan keterangan mengenai metode pengobatan baru bagi penderita TB RO. Metode BPaLM, yang menggunakan kombinasi obat bedaquilin, pretomanid, linezolid, dan moxifloxacin, dinilai lebih efektif dan minim efek samping dibandingkan pengobatan sebelumnya.
Dia juga mengatakan bahwa pengobatan menggunakan metode BPaLM bisa sembuh dalam kurun waktu 6 bulan, tingkat efektifitas kesembuhan metode ini tinggi meskipun dilakukan dengan waktu yang lebih singkat.
“Pengobatan dengan metode BPaLM bisa sembuh dalam waktu enam bulan. Tingkat efektivitasnya tinggi meski dilakukan dalam waktu yang lebih singkat,” jelas dr. Wahyu.(DEWI)